Pernahkan membaca tulisan STR tentang “Guru yang baik adalah guru yang menggaji muridnya : Kuantitas lawan Kualitas” di sini? Pernahkan membaca tulisan Siwi tentang “Sekolah gratis? Emang ada?” di sini?
Dan tentang keberhasilan seorang dosen yang sudah menerapkan tentang
pendidikan gratis? Saya merasa terkesan dengan tulisan-tulisan yang
merupakan
jalan pemikiran mereka. Dan apa yang tertulis di sana, membuat saya menulis di sini.
jalan pemikiran mereka. Dan apa yang tertulis di sana, membuat saya menulis di sini.
Kalau kita berbicara tentang pendidikan, tentunya
tidak akan terlepas dari masalah apa sih sebenarnya tujuan pendidikan
itu. Pendidikan dapat dikatakan berhasil jika sudah mempunyai
tujuan-tujuan yang jelas dan ditempuh dengan tindakan-tindakan yang
jelas pula. Di Indonesia sendiri, dari masalah pendidikan ini akhirnya
muncul polemik-polemik yang harus segera dipecahkan. Kalau boleh bicara
jujur, sebenarnya pendidikan di Indonesia ini masih dapat dikatakan
belum berhasil. Terbukti dengan semakin tingginya angka pengangguran di
setiap tahunnya.
Tidak terlepas dari masalah pendidikan, saya teringat
ketika saya masih menjadi dosen di salah satu Politeknik Komputer
swasta yang terletak di wilayah timur Surabaya sekitar 6 tahun silam.
Guna meningkatkan SDM, seluruh dosen dan karyawan termasuk saya
mendapatkan pelatihan dalam outbound training yang diberikan oleh
pimpinan perusahaan bernama Bapak Ir. Rachmat Ardji Wardana. Dari
sinilah akhirnya saya mengenal teori tentang konsep siap pakai.
Kembali ke masalah tujuan pendidikan, dari outbound
training tersebut dijelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk
mendidik peserta didik menjadi tenaga yang siap pakai. Kemudian muncul
pertanyaan. Apa sih siap pakai itu? Siap pakai adalah suatu tahapan
pencapaian pengertian, kemampuan dan kemauan yang tinggi untuk
menyelesaikan tugas yang telah diamanahkan.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat di skema siap pakai seperti di bawah ini :
Siap Pakai meliputi siap pakai ketrampilan dan siap
pakai mental. Siap pakai ketrampilan menentukan 15% dalam keberhasilan
kita, sedangkan siap pakai mental menentukan 85% dalam keberhasilan
kita. Pendidikan di negara kita hanya mengajarkan siap pakai ketrampilan
dan tidak mengajarkan siap pakai mental sehingga tingkat siap pakainya
diragukan. Sedangkan kurikulum pendidikan di Indonesia sendiri masih
menerapkan warisan leluhur dari peninggalan Belanda yang kebanyakan
hanya teori-teori saja
Karena pembahasan ini masih luas, rencanya akan saya
tulis di postingan lain secara terpisah. Selain itu pembahasan akan saya
tulis per pokok bahasan agar materi tetap pada fokusnya dan tidak
melenceng.
0 komentar:
Posting Komentar